TikTok sudah sah untuk masuk ke kancah E-Commerce Indonesia, tapi enggak boleh masuk sosil E-Commerce dan mereka akan membuka pelayanan terpisah dengan strategy kemitraan atau dengan bahasa umumnya akan berkaloborasi dengan E-Commerce Lokal yang sudah beroperasi. TikTok kali ini membuka kembali dengan sikap yang lebih terbuka dengan aturan yang berlaku di Indonesia. TikTok sangat di cintai oleh khalayak umum di Indonesia, bukan masalah jual barang murah, namun TikTok punya strategy dalam sistem intergrasi antara penjualan dan pemasaran yang sederhana.
Sistem atau inovasi ini yang jadi Pemerintah kita ngotot memaksa untuk mengiklaskan TikTok Shop agar merger dengan marketplace lokal, kalau TikTok merger dengan salah satu platform lokal dan apa nantinya tidak akan menimbulkan masalah baru ? Kita tau orang-orang kita ini sukanya cemburuan, jangan-jangan nanti akan goreng sana dan goreng sini. Tapi masalah ini sudah di antisipasi oleh pemerintah kita, karena pemerintah sudah ultimatum bahwa tidak takut dengan resiko apa pun. Dari beberapa opsi nama dan ada 5 nama, namun ada 3 nama yang disebut yaitu blibli, bukalapak, tokopedia dan TikTok lebih condong kepada Tokopedia untuk merger.
Dan ini ada benang merahnya yaitu Northstar, Northstar adalah perusahaan modal ventura (Private Equality) terkemuka di Asia Tenggara yang berpusat di Singapura. Super group ini sudah berhasil menginvestasikan dana $3,3Milyar untuk bisnis-bisnisyang tersebar di Asia Tenggara mulai dari minuman sampai dengan Ada Kami termasuk perusahaan-perusahaan yang mereka kucuri dana. Fakta uniknya perusahaan ini yang dibuat dan dipimpin oleh Patrick Walujo yang merupakan CEO GOTO dan uniknya yang lain Northstar adalah investor awal Gojek jauh sebelum gabung dengan Tokopedia. Apa hubungannya ? Jadi yang dibutuhin TikTok adalah izin usaha di Indonesia, maka izin dan teknologi saling kaloborasi. TikTok sudah punya teknologi dan Goto sudah punya izin, dan platform yang sudah terintergrasi. Ini sangat dibutuhkan, karena TikTok ada live streaming dan langsung di distibusikan dan basis yang besar dan pemahaman pasar lokal. Dari 3 hal itu hanya TokoPedia yang bisa, namun Tokopedia jarang bakar duit (promo) dan maka dari itu akan menjadi nilai tawar yang menarik untuk TikTok shop.
CEO Goto merupakan otak dibalik Northstar, kemampuan-nya akan sangat berguna bagi apa yang sedang dicita-citakan TikTok Shop Saat ini. Ada 4 alasan kenapa TikTok Shop berlabuh pada Tokopedia yaitu :
-
Memanfaatkan Patrick Walujo dalam hal ini sangat menggiurkan untuk membawa perputaran uang TikTok Shop kembali.
-
Core strategy TikTok Shop adalah hal yang selama ini TIDAK DIMILIKI oleh Tokopedia, Sebagai kompetitor TOKO ORANGE salah satu kurangnya adalah kurang beraninya mereka memberikan diskon-diskon untuk pelanggan misalkan promo extra buy one get one free ongkir dll, padahal berpengaruh sebanyak 52,3% dalam keputusan membeli online dan mungkin dalam anggaran mereka tidak ada anggaran mereka tidak dana untuk bakar uang disitu. Tapi dengan kaloborasi dengan TikTok sangat mungkin untuk di wujudkan, gabungan keduanya ini di gadang-gadang mampu memberikan kejutan pada persaingan yang akan datang.
-
Mungkin berjuang untuk menumbangkan kompotitor bersama, sampai hari ini Shoopee masih menjadi E-Commerce dengan share 45,9% dari semula 46,5% dan Shopee mengalami penurunan basis 60 poin. Untuk Tokopedia mengalami kenaikan proyeksi pangsa pasar dari angka 13,9%, menjadi 14,2% dan sebelum TikTok tutup, TikTok Shop mendapatkan pangsa pasar Asia Tenggara pada 2023 mencapai 13,9%, padahal proyeksi sebelumnya hanya 13,2% dan kalau tercapai untuk kaloborasi akan menjadikan peluang untuk lebih oke banget dengan persaingan Toko Orange. Sehingga akhirnya tinggal 2 yang akan menguasai pasar.
-
Sebagai E-Commerce Lokal kebanggaan Negara, Tokopedia sudah mendapatkan kepercayaan Pemerintah Indonesia. Maka salah satu pendorong merger ini adalah TikTok, sebenarnya ingin sembunyi dari sentimen marketplace lokal. Dengan merger ini diprediksi Pemerintah akan lebih halus dalam mengintervensi, karena Tiktok Shop bukan 100% Starup luar negeri.
Lalu apa yang akan terjadi di platform Tokopedia setelah terjadi Merger di antara keduanya ? Bikin aplikasi gampang bannget bagi mereka, namun yang susah adalah izinnya. Apalagi Pemerintah kita ketat dan melarang sosial E-Commerce, jadi inovasi mentok disitu saja dan sepertinya enggak akan banyak berubah . Karena Core Tokopedia adalah E-Commerce, dan TikTok adalah Social Commerce (Konten Distribusi + Marketplace). Mungkin Konten Distribusi akan ada di TikTok mulai LiveStreaming, video konten dll, tapi TikTok tidak ada tombol keranjang belanjaan dan nantinya ada tombol pengganti Keranjang Belanjaan dan ketika di klik langsung terkoneksi ke Tokopedia. Penonton bisa melakukan transaksi tapi tetap bukan di 1 aplikasi, analogi simpelnya yaitu TokoPedia adalah Kasirnya, dan TikTok Shop adalah Tokonya.
Perusahaan induk TikTok, ByteDance, telah menyetujui investasi sebesar 23.4 triliun untuk joint venture dengan perusahaan GoTo Group yang nantinya akan memiliki kontrol atas TikTok Shop.
Untuk memulai kolaborasi strategis ini, akan ada periode uji coba yang akan dilakukan dengan konsultasi dan pengawasan dari kementerian dan lembaga terkait. Kampanye Beli Lokal, yang akan diluncurkan pada Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) pada 12 Desember 2023, adalah salah satu program yang akan diluncurkan selama uji coba ini.
Kedepannya, kerjasama ini dipercaya akan meningkatkan ekonomi Indonesia dan membantu banyak pelaku usaha di sektor UMKM. Dengan munculnya kembali TikTok Shop, diharapkan dapat membantu pengusaha kecil untuk memperluas jangkauan bisnis melalui daring.
(Baca Juga : Strategi untuk Membuat Brand yang Sukses)