Bawor Media Network

Bawor News

Saham Terbasah September 2023, Ada yang Terbasah Sampai 146%

Bawor News, Jakarta – Perdagangan pada periode September 2023 resmi berakhir pada Jumat (29/9/2023) lalu dan pekan depan sudah memasuki periode perdagangan Oktober 2023.
Pada September tahun ini, beberapa saham terpantau berhasil melesat cukup tinggi. Bahkan, ada saham yang sudah melesat hingga lebih dari 100% atau nyaris terbasah 150% hanya dalam kurun waktu sebulan.
Berikut saham-saham ‘terbasah’ sepanjang September 2023.

Saham Top Gainers September 2023 

Emiten agensi periklanan yang juga masih terbilang baru di Bursa Efek Indonesia (BEI), yakni PT Era Media Sejahtera Tbk (DOOH) menjadi saham ‘tercuan‘ di sepanjang September 2023. Saham DOOH sendiri berhasil terbasah sampai meroket 146% hingga menyentuh harga Rp 123/saham per Jumat lalu. Maka per perdagangan akhir Agustus lalu, saham DOOH sempat berada di harga Rp 50/saham.
Sejak IPO pada 8 Mei lalu, saham DOOH juga terpantau melejit 23%.
Sebelumnya, perseroan menggelar penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) dengan tanggal efektif pada 2 Mei. Jumlah yang dilepas sebanyak 20% saham di harga Rp 100 per saham. Perseroan meraih dana Rp 154,75 miliar.
Maka dari harga perdana, DOOH sempat jatuh tersungkur dulu hingga menyentuh Rp 50. Namun, dalam waktu sekejap pada September ini (tepatnya sejak 22 September), DOOH tiba-tiba melambung.
BEI pun sempat meminta penjelasan kepada DOOH terkait volatilitas transaksi efek dalam surat tertanggal 27 September. Hal itu terungkap dari keterbukaan informasi DOOH dalam menjawab permintaan penjelasan BEI.
Yang menjadi salah satu yang menjadi pertanyaan BEI adalah apakah perseroan mengetahui adanya informasi atau fakta material yang dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan atau keputusan investasi pemodal.
Direktur Utama DOOH, Viktor Aritonang memberikan jawabannya bahwa perseroan tidak mengetahui adanya informasi atau fakta material yang dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan atau keputusan investasi pemodal.
“Perseroan tidak mengetahui adanya aktivitas dari pemegang saham tertentu,” lanjut Viktor Aritonang dalam keterbukaan informasi dikutip Sabtu (30/9/2023).
Selain itu, dia menambahkan, pemegang saham utama tidak memiliki rencana untuk melepaskan pengendaliannya dan berkomitmen untuk berinvestasi secara jangka panjang pada perseroan.
Viktor Aritonang sendiri baru diangkat sebagai direktur utama DOOH melalui rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) perseroan pada 16 Agustus 2023. Viktor Aritonang menggantikan Doni Teguh Pribadi.
Doni Teguh Pribadi mundur dari posisi direktur utama DOOH karena ingin fokus berkarir di dunia politik dan mengurangi potensi benturan kepentingan antara kiprahnya di dunia politik dengan berjalannya bisnis perseroan.
DOOH beroperasi sejak 2021 dan memulai aktivitas operasional sebagai agensi periklanan dengan lebih dari 300 aset media dan sejak tahun 2022 perusahaan telah bertransformasi menjadi perusahaan media owner.
Selain saham DOOH, di posisi kedua juga terdapat saham emiten tol Grup Salim yakni PT Nusantara Infrastructure Tbk (META), yang terbang 98,23% sepanjang September tahun ini.
Bahkan, terbangnya saham META membuat BEI pun memberikan peringatan kepada perseroan. BEI memberi peringatan keras kepada emiten tol salim META karena sahamnya bergerak diluar kebiasaan atau Unusual Market Activity (UMA).
“Sehubungan dengan terjadinya UMA atas saham META tersebut, perlu kami sampaikan bahwa Bursa saat ini sedang mencermati perkembangan pola transaksi saham ini,” kata manajemen BEI, Jumat (29/9/2023).
Pengumuman Unusual Market Activity (UMA) tidak serta merta menunjukkan adanya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
Informasi terakhir mengenai emiten tersebut adalah informasi tanggal 21 September 2023 yang dipublikasikan melalui website PT Bursa Efek Indonesia (Bursa) tentang penyampaian bukti iklan pemberitahuan Rapat Umum Pemegang Saham.
Terbangnya saham DOOH dan META serta beberapa saham lainnya terjadi di tengah lesunya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada September 2023, di mana IHSG melemah 0,19%.
Sepanjang September tahun ini, volatilitas IHSG cenderung tinggi. Hal ini karena investor cenderung lebih banyak memasang mode wait and see, karena adanya fenomena September Effect.
Namun sejatinya, September Effect di IHSG ini tidak separah seperti di bursa Amerika Serikat (AS), Wall Street. Secara historis, returnnegatif IHSG hanya delapan kali saja di September, sedangkan sisanya mencatatkanreturnpositif sebanyak 12 kali.
September Effect merupakan anomali pasar dimana imbal hasil pasar saham relatif lemah selama September.
Beberapa pihak menganggap pelemahan yang diamati pada bulan September disebabkan oleh bias perilaku musiman karena investor melakukan perubahan portofolio untuk mendapatkancashpada akhir musim panas.
(Baca Juga : Belanja iklan digital di Asia melonjak 64% pada tahun 2022

 

Share